Monday, 3 March 2014

Eksegesa 1 Petrus 3:19



APAKAH MANUSIA YANG BERDOSA MEMPEROLEH KESEMPATAN KEDUA UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN SETELAH MATI?
(Studi eksegetis 1 Petrus 3:19)


PENDAHULUAN

           
Surat 1 Petrus mendapatkan restu keotentikannya sangat awal sekali dari Eusebius, Irenaeus, Tertullian, dan Bapak-bapak gereja lainnya.[1]
Dalam surat Petrus yang pertama ini, ada bagian yang kelihatan kontradiksi dengan beberapa bagian lain dalam Alkitab. Bagian ini adalah I Petrus 3:19, “dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara.” Di sini kita berhadapan dengan sebuah pengalihan yang sulit dipahami.[2]
Seorang pakar bernama Lange beranggapan bahwa ayat ini mengungkapkan bahwa Kristus, sesudah disalibkan, turun ke dunia orang mati dan memberitakan awal dari kasih karunia kepada roh-roh yang dipenjara di situ (J.P. Lange, Commentary on the Holy Scripture, IX: 64).[3] Beliau mengemukakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa ketika itu banyak yang diselamatkan karena memperoleh kesempatan kedua tersebut.
Pandangan ini tentunya menimbulkan pertanyaan yang sulit untuk dijawab yaitu mengapa dari semua orang yang belum percaya, hanya orang-orang kuno itu saja yang memperoleh hak ini? Apakah arti I Petrus 3:19 yang mengatakan bahwa Kristus memberitakan Injil kepada roh-roh yang terpenjara di dunia orang mati? Apakah Dia memberitakan Injil kepada mereka dan dengan demikian memberi mereka kesempatan untuk diselamatkan, bahkan sesudah mereka mati? Jika dilakukan penelitian secara seksama menurut latar belakang secara keseluruhan, kalimat ini memiliki arti bahwa Yesus tidak mengajarkan hal seperti itu.
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk menyajikan studi eksegetis dari surat 1 Petrus 3:19 tersebut berdasarkan eksegesa yang benar dan memberikan pesan teologis dari ayat firman Tuhan tersebut.


STUDI EKSEGETIS 1 PETRUS 3:19

A.  TEKS
Sebelum melakukan studi eksegetis mengenai ayat ini, penulis akan menampilkan beberapa teks dengan terjemahan yang berbeda-beda sebagai perbandingan studi eksegetis nantinya. Perhatikan beberapa teks terjemahan 1 Petrus 3:19 tersebut:
ITB
 1 Petrus 3:19
dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,

KJV
1 Peter 3:19
By which also he went and preached unto the spirits in prison;

NAS
1 Peter 3:19
in which also He went and made proclamation to the spirits now in prison,

BGT
1 Peter 3:19
evn w-| kai. toi/j evn fulakh/| pneu,masin poreuqei.j evkh,ruxen(

BYZ
1 Peter 3:19
evn w-| kai. toi/j evn fulakh/| pneu,masin poreuqei.j evkh,ruxen(


B.  1 Petrus 3:19
Latar belakang:
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus. Petrus mengakui bahwa surat ini ditulis dengan bantuan Silas sebagai juru tulisnya (5:12). Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian dan kebangkita Yesus (1 Petrus 1:3; 21; 3:21).
Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” di seluruh provinsi Asis Kecil. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (2:12-17).
Tujuan penulisan surat ini adalah untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir.[4]

Tema:
Menderita bagi Kristus.

Studi Eksegetis
Pada bagian ini, penulis akan melakukan penyelidikan terhadap kata “memberitakan” sebagaimana yang ditulis dalam Alkitab Terjemahan Baru.
Petrus menggunakan kata “memberitakan” yang dalam terjemahan KJV dituliskan “preached” sedangkan dalam terjemahan NAS dituliskan “made proclaim”. Kata “proclaim” sendiri digunakan untuk menyatakan pemberitahuan atau proklamasi Injil atau kabar baik. Kristus tidak pernah memberitakan Injil kepada orang yang mati.[5] Kalau kita memperhatikan terjemahan NAS, akan terlihat bahwa kata kerja yang diterjemahkan menjadi “preached” (“memberitakan”) dalam KJV bukanlah kata Yunani euangelizomai (“memberitakan atau menceritakan kabar baik”), yang tentu berarti bahwa sesudah disalibkan Kristus memang sungguh-sungguh memberitakan kabar keselamatan kepada jiwa-jiwa yang terhilang di dunia orang mati; melainkan kata ekeryxen, dari kata kerysso (“menyatakan pesan”, dari seorang raja atau penguasa).[6]
       Petrus ingin mengatakan bahwa Kristus membuat suatu pernyataan kepada roh-roh yang sekarang terpenjara di dalam dunia orang mati.
Kenneth L. Barker dan John R. Kohlenberger III juga menambahkan:
“The announcement is of Christ’s victory and of their doom that has come through his death in the cross and His ressurection.” (pemberitaan yang dilakukan oleh Kristus adalah pemberitaan mengenai kemenangannya dan penghukuman kepada roh-roh orang yang memberontak pada zaman Nuh melalui kematian dan kebangkitan-Nya).[7]

Kristus oleh Roh Kudus memberitakan suatu peringatan melalui mulut Nuh ( bdg. 2 Petrus 2:5) kepada angkatan Nuh yang tidak taat, dan kini berada di Hades menantikan penghakiman terakhir. John F. Walvoord dan Roy B. Zuck mengatakan:
“This interpretation seems to fit the general theme of this section (1 Peter 3:13-22)-keeping a good conscience in unjust persecution. Noah is presented as an example of one who committed himself to a course of action for the sake of a clear conscience berfore God.” (Tafsiran ini cocok dengan tema umum perikop ini yaitu menjaga/mempertahankan kesadaran yang benar dalam penganiayaan. Nuh adalah sebagai seseorang yang berkomitmen pada dirinya untuk memiliki kesadaran yang benar dan jelas di hadapan Tuhan).[8]

Menurut penulis, penafsiran ini lebih cocok dengan konteks yang berbicara tentang umat yang tidak taat dan tidak selamat pada zaman Nuh. Penafsiran ini juga selaras dengan pernyataan Petrus bahwa Roh Kristus berbicara di masa lalu melalui para nabi (2 Petrus 1:20-21). Argumentasi penulis yang lain adalah ayat ini dan 4:6 tidak mengajarkan bahwa orang berdosa yang tidak dilahirkan kembali akan mempunyai kesempatan kedua untuk menerima keselamatan setelah mati. setelah kematian datanglah penghakiman (Ibrani 9:27).
Jadi maksud ayat ini adalah bahwa Kristus melalui Roh Kudus secara serius memperingatkan orang-orang yang sezaman dengan Nuh melalui mulut Nuh sendiri (2 Petrus 2:5 menyebutnya sebagai “pemberita kebenaran”. Perhatikan bahwa kata “pemberita” dalam ayat ini ialah keryka, yang mempunyai akar kata yang sama dengan ekeryxen yang disebut di atas dalam kaitannya dengan 1 Petrus 3:19.

BANGUNAN TEOLOGI DARI 1 PETRUS 3:19

            Berdasarkan pembahasan penulis di atas, penulis akan membuat bangunan teologi berdasarkan surat 1 Petrus 3:19. Ayat ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa ayat yang dibahas ini meyakinkan kita bahwa bahkan pada zaman Nuh pun, Allah Anak, dalam wujud pra inkarnasi-Nya, memperhatikan keselamatan orang-orang berdosa. Jadi seluruh peristiwa yang dengannya keluarga Nuh diselamatkan melalui bahtera merupakan sebuah kehadian yang bersifat sebagai nubuatan, yang menunjukkan ke depan kepada pemeliharaan agung Allah melalui Pendamaian yang menggantikan orang lain di kayu salib.
            Kemudian sang rasul menguraikan dengan sangat jelas hubungan lambang penggenapan ini dalam 1 Petrus 3:21, “juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus.” Artinya, yang memberikan kelepasan kepada orang berdosa dan yang memungkinkan dia mendapatkan “hati nurani yang baik” berdasarkan keyakinan bahwa semua dosanya sudah lunas dibayar dengan darah Yesus, hanyalah pertobatan dari dosa serta iman kepada Yesus untuk memperoleh keselamatan atas dasar pendamaian dan kebangkitan-Nya.[9]
Mengingat sorotan terhadap orang-orang dari generasi Nuh sebagai dapat disamakan dengan dunia yang terhilang pada zaman Petrus (serta pasti setiap generasi sesudahnya), maka kita harus menyimpulkan bahwa pernyataan yang disebut dalam ayat 19 bukan terjadi ketika Kristus turun ke dunia orang mati sesudah kematian-Nya di Kalvari, melainkan disampaikan oleh Roh Kudus yang berbicara melalui mulut Nuh pada tahun-tahun ketika bahtera tersebut dibangun (ayat 20). Karena itu, ayat 19 tidak mengandung harapan apa pun mengenai “kesempatan kedua” bagi orang-orang yang menolak Kristus ketika mereka masih hidup di bumi.


KESIMPULAN

            Berdasarkan hasil penelitian penulis di atas, penulis menyimpulkan bahwa 1 Petrus 3:19 tidaklah mengajarkan kepada kita bahwa masih ada kesempatan kedua bagi orang yang berdosa/belum bertobat/belum dilahirkan kembali untuk menerima keselamatan setelah ia mati. Yesus Kristus tidaklah memberitakan Injil kepada roh-roh orang yang sudah meninggal pada zaman Nuh supaya ia dapat diselamatkan. Penafsiran yang mengatakan bahwa Yesus, setelah kematiannya di kayu salib, turun ke dunia orang mati untuk memberitakan Injil supaya mereka selamat adalah penafsiran yang keliru. Kalau penafsiran ini tetap dipertahankan, tentu akan menimbulkan kontradiksi dengan beberapa bagian Alkitab lain dalam Perjanjian Baru, khususnya Ibrani 9:27.
Dengan demikian, 1 Petrus 3:19 tidak mengandung harapan apa pun mengenai “kesempatan kedua” bagi orang-orang yang menolak Kristus ketika mereka masih hidup di bumi.


KEPUSTAKAAN

________, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1999).
Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, The Wycliffen Bible Comentary, (Malang: Gandum Mas, 2001).
Gleason L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2004).
John F. Walvoord & Roy B. Zuck, The Bible Knowledge Commentary (Grand Rapids: Zondervan Bible Publisher, 1999).
Kenneth L. Barker & John R. Kohlenberger III, The Expositor’s Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 2009).




[1] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: Penerbit SAAT, 2008), h. 149.
[2] Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, The Wycliffen Bible Comentary, (Malang: Gandum Mas, 2001), h. 1005-1006.
[3] Ibid.
[4] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1999), h. 2094-2095.
[5] Kenneth L. Barker & John R. Kohlenberger III, The Expositor’s Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 2009), p. 1054.
[6] Gleason L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2004), h. 722.
[7] Ibid.
[8] John F. Walvoord & Roy B. Zuck, The Bible Knowledge Commentary (Grand Rapids: Zondervan Bible Publisher, 1999), p. 851.
[9] Gleason L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties, h. 724.

No comments:

Post a Comment